Blog Seni Budaya AE1 ini merupakan Blog Pembelajaran Online dalam pelajaran seni budaya di SMKN 1 Madiun. Oleh Karenanya Konten atau isi dalam Blog ini berupa materi-materi seputar ilmu seni dan Soal-soal ujian dalam setiap materi yang telah diajarkan.
Senin, 01 Agustus 2016
SENI GRAFIS
SENI GRAFIS
Seni grafis adalah
cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik Monotype, prosesnya mampu
menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini yang disebut
dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil
yang unik. Cetakan diciptakan dari permukaan sebuah bahan, yang umum digunakan
adalah: plat logam, biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau etsa; batu digunakan untuk litografi; papan kayu untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi
bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan
biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan.
Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat menciptakan sebuah edisi, pada masa
seni rupa modern masing-masing karya ditandatangani dan diberi nomor untuk
menandai bahwa karya tersebut adalah edisi terbatas
Seniman grafis berkarya menggunakan berbagai macam media dari yang tradisional sampai kontemporer, termasuk tinta ber-basis air,
cat air, tinta ber-basis minyak, pastel minyak, dan pigmen padat yang larut
dalam air seperti crayon Caran D'Ache. Karya seni grafis diciptakan di atas
permukaan yang disebut dengan plat. Teknik dengan menggunakan metode digital
menjadi semakin populer saat ini. Permukaan atau matrix yang dipakai dalam
menciptakan karya grafis meliputi papan kayu, plat logam, lembaran kaca akrilik, lembaran linoleum atau batu
litografi. Teknik lain yang disebut dengan serigrafi atau cetak saring (screen-printing)
menggunakan lembaran kain berpori yang direntangkan pada sebuah kerangka,
disebut dengan screen. Cetakan kecil bahkan bisa dibuat dengan
menggunakan permukaan kentang atau ketela.
Warna
Pembuat karya grafis memberi warna pada cetakan mereka dengan banyak cara.
Seringkali pewarnaannya -- dalam etsa, cetak saring, cukil kayu serta linocut
-- diterapkan dengan menggunakan plat, papan atau screen yang terpisah atau
dengan menggunakan pendekatan reduksionis. Dalam teknik pewarnaan multi-plat,
terdapat sejumlah plat, screen atau papan, yang masing-masing menghasilkan
warna yang berbeda. Tiap plat, screen atau papan yang terpisah akan diberi
tinta dengan warna berbeda kemudian diterapkan pada tahap tertentu untuk
menghasilkan keseluruhan gambar. Rata-rata digunakan 3 sampai 4 plat, tapi
adakalanya seorang seniman grafis menggunakan sampai dengan tujuh plat. Tiap
penerapan warna akan berinteraksi dengan warna lain yang telah diterapkan pada
kertas, jadi sebelumnya perlu dipikirkan pemisahan warna. Biasanya warna yang
paling terang diterapkan lebih dulu kemudian ke warna yang lebih gelap.
Pendekatan reduksionis untuk menghasilkan warna dimulai dengan papan kayu
atau lino yang kosong atau
dengan goresan sederhana. Kemudian seniman mencukilnya lebih lanjut, memberi
warna lain dan mencetaknya lagi. Bagian lino atau kayu yang dicukil akan
mengekspos (tidak menimpa) warna yang telah tercetak sebelumnya.
Pada teknik grafis seperti chine-collé atau monotype, pegrafis kadang-kadang hanya mengecat warna seperti pelukis kemudian
dicetak.
Konsep warna subtraktif yang juga digunakan dalam cetak offset atau cetak
digital, di dalam software vektorial misalnya Macromedia Freehand, CorelDraw atau Adobe Ilustrator atau bitmap ditampilkan dalam CMYK atau ruang warna
lain.
Teknik
Tinjauan Umum
Teknik seni grafis dapat dibagi dalam kategori dasar sebagai berikut:
- Cetak relief, di mana tinta berada pada permukaan asli dari matrix. teknik relief meliputi: cukil kayu, engraving kayu, cukil linoleum/linocut, dan cukil logam/metalcut.
- Intaglio, tinta berada di bawah permukaan matrix. teknik ini meliputi: engraving, etsa, mezzotint, aquatint, chine-collé dan drypoint;
- planografi di mana matrix permukaannya tetap, hanya mendapat perlakuan khusus pada bagian tertentu untuk menciptakan image/gambar. teknik ini meliputi: litografi, monotype dan teknik digital
- stensil, termasuk cetak saring dan pochoir.
Teknik lain dalam seni grafis yang tidak temasuk dalam kelompok ini adalah
'kolografi' (teknik cetak menggunakan kolase), proses digital termasuk giclée, medium
fotografi serta kombinasi proses digital dan konvensional.
Kebanyakan dari teknik di atas bisa juga dikombinasikan, khususnya yang
berada dalam kategori sama. Misalnya, karya cetak Rembrandt biasanya secara
mudah disebut dengan "etsa", tapi seringkali dipakai juga teknik
engraving dan drypoint, dan bahkan kadang-kadang tidak ada etsa-nya sama
sekali.
Cukil Kayu
Cukil kayu , adalah salah
satu teknik cetak relief, merupakan teknik seni grafis paling awal, dan merupakan satu-satunya yang
dipakai secara tradisional di Asia Timur. Kemungkinan pertama kali dikembangkan
sebagai alat untuk menciptakan pola cetak pada kain, dan pada abad ke-5 dipakai
di Tiongkok untuk mencetak teks dan gambar pada kertas. Teknik cukil kayu di
atas kertas dikembangkan sekitar tahun 1400 di Eropa, dan beberapa waktu
kemudian di Jepang. Di dua tempat ini, teknik cukil kayu banyak digunakan untuk
proses membuat gambar tanpa teks.
Seniman membuat skets
terlebih dulu pada sebidang papan kayu, atau di kertas yang kemudian ditransfer
ke papan kayu. Tradisionalnya, seniman kemudian menyerahkan rancangannya ke
ahli cukil khusus, yang menggunakan peralatan tajam untuk mencukil bagian papan
yang tidak akan terkena tinta. Bagian permukaan tinggi dari papan kemudian
diberi tinta dengan menggunakan roller, lalu lembaran kertas, yang mungkin
sedikit lembap, ditaruh di bawah papan. Kemudian papan digosok dengan baren (alat yang digunakan di Jepang) atau sendok, atau melalui
alat press. Jika memakai beberapa warna, papan yang terpisah dipakai untuk tiap
warna.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Engraving
Proses ini dikembangkan di Jerman sekitar tahun 1430 dari engraving (ukiran
halus) yang digunakan oleh para tukang emas untuk mendekorasi karya mereka.
penggunaan alat yang disebut dengan burin merupakan ketrampilan yang rumit.
Pembuat engraving memakai alat dari logam yang diperkeras yang disebut
dengan burin untuk mengukir desain ke permukaan logam, tradisionalnya
memakai plat tembaga. Alat ukir tersebut memiliki bermacam-macam bentuk dan
ukuran menghasilkan jenis garis yang berbeda-beda.
Seluruh permukaan plat diberi tinta, kemudian tinta dibersihkan dari
permukaan, yang tertinggal hanya tinta yang berada di garis yang diukir.
Kemudian plat ditaruh pada alat press bertekanan tinggi bersama dengan lembaran
kertas (seringkali dibasahi untuk melunakkan). Kertas kemudian mengambil tinta
dari garis engraving (bagian yang diukir), menghasilkan karya cetak.
Etsa
Etsa adalah bagian
dari kelompok teknik intaglio bersama dengan engraving, drypoint, mezzotint dan aquatint. Proses ini diyakini bahwa penemunya adalah Daniel
Hopfer (sekitar 1470-1536) dari
Augsburg, Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Etsa
kemudian menjadi tandingan engraving sebagai medium seni grafis yang populer.
Kelebihannya adalah, tidak seperti engraving yang memerlukan ketrampilan khusus
dalam pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari oleh seniman yang
terbiasa menggambar.
Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali memiliki detail
dan kontur halus. Garis bervariasi dari halus sampai kasar. Teknik etsa berlawanan dengan teknik
cukil kayu, pada etsa bagian permukaan tinggi bebas tinta, bagian permukaan
rendah menahan tinta. Mula-mula selembar plat logam (biasanya tembaga, seng
atau baja) ditutup dengan lapisan semacam lilin. Kemudian seniman menggores
lapisan tersebut dengan jarum etsa yang runcing, sehingga bagian logamnya
terbuka. Plat tersebut lalu dicelupkan dalam larutan asam atau larutan asam
disapukan di atasnya. Asam akan mengikis bagian plat yang digores (bagian logam
yang terbuka/tak terlapisi). Setelah itu, lapisan yang tersisa dibersihkan dari
plat, dan proses pencetakan selanjutnya sama dengan proses pada engraving.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer, Rembrandt, Francisco Goya, Whistler, Jim
Dine, Otto
Dix, James
Ensor, Lucian Freud, Paul
Klee, Einar Hakonarson, Edward
Hopper, Horst
Janssen, Käthe
Kollwitz, Mauricio Lasansky, Brice
Marden, Henri Matisse, Giorgio Morandi, Pablo Picasso, Peter
Milton, Paula
Rego and Cy
Twombly.
Mezzotint
Salah satu cara lain dalam teknik intaglio di mana plat
logam terlebih dahulu dibuat kasar permukaannya secara merata; gambar
dihasilkan dengan mengerok halus permukaan, menciptakan gambar yang dibuat dari
gelap ke terang. Mungkin juga menciptakan gambar hanya dengan mengkasarkan
bagian tertentu saja, bekerja dari warna terang ke gelap.
Mezzotint dikenal karena kualitas tone-nya yang kaya: pertama, karena
permukaan yang dikasarkan secara merata menahan banyak tinta, menghasilkan
warna cetak yang solid; kedua, karena proses penghalusan tekstur dengan
menggunakan burin, atau alat lain menghasilkan gradasi halus untuk
mengembangkan tone.
Metode mezzotint ditemukan oleh Ludwig von Siegen (1609-1680). Proses ini dipakai secara luas di Inggris mulai pertengahan
abad delapanbelas, untuk mereproduksi foto dan lukisan.
Aquatint
Adalah variasi dari etsa. Seperti etsa, aquatint menggunakan asam untuk
membuat gambar cetakan pada plat logam. Pada teknik etsa digunakan jarum untuk
menciptakan garis yang akan menjadi warna tinta pekat, aquatint menggunakan
serbuk resin yang tahan asam untuk menciptakan efek tonal.
Drypoint
Merupakan variasi dari engraving, dikerjakan dengan alat runcing, bukan
dengan alat burin berbentuk "v". Sementara garis pada engraving sangat halus dan
bertepi tajam, goresan drypoint meninggalkan kesan kasar pada tepi garis. Kesan
ini memberi ciri kualitas garis yang lunak, dan kadang-kadang berkesan kabur,
pada drypoint. Karena tekanan alat press dengan cepat merusak kesan tersebut,
drypoint hanya berguna untuk jumlah edisi yang sangat kecil; sekitar sepuluh
sampai duapuluh karya. Untuk mengatasi ini, penggunaan electro-plating
(pelapisan secara elektrik dengan bahan logam lain) telah dilakukan sejak abad
sembilanbelas untuk mengeraskan permukaan plat.
Teknik ini kelihatannya ditemukan oleh seorang seniman Jerman selatan abad
limabelas yang memiliki julukan Housebook Master, di mana semua karya-karyanya menggunakan drypoint. Di antara seniman old
master print yang menggunakan teknik ini: Albrecht Dürer memproduksi 3
karya drypoint sebelum akhirnya berhenti menggunakannya; Rembrandt sering
menggunakannya, tapi biasanya digabungkan etsa dan engraving.
Litografi
Litografi adalah teknik
yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois Senefelder dan didasari pada sifat kimiawi minyak dan air yang tak bisa bercampur.
Digunakan permukaan berpori, biasanya sejenis batu yang disebut limestone/batu kapur;
gambar dibuat pada permukaan batu dengan medium berminyak. Kemudian dilakukan
pengasaman , untuk mentransfer minyak ke batu, sehingga gambar 'terbakar' pada
permukaan. Lalu dilapisi gum arab, bahan yang larut air, menutupi permukaan
batu yang tidak tertutupi medium gambar (yang berbasis minyak). Batu lantas
dibasahi, air akan berada pada bagian permukaan yang tidak tertutup medium gambar
berbasis minyak tadi; selanjutnya batu di-roll dengan tinta berbasis minyak ke
seluruh permukaan; karena air menolak sifat minyak pada tinta maka tinta hanya
menempel pada bagian gambar yang berminyak. Kemudian selembar kertas lembap
diletakkan pada permukaan, image/gambar ditransfer ke kertas dengan menggunakan
alat press. Teknik litografi dikenal dengan kemampuannya menangkap gradasi halus dan detail
yang sangat kecil.
Variasi dari teknik ini adalah foto-litografi, di mana gambar ditangkap
lewat proses fotografis pada plat
logam; kemudian pencetakan
dilakukan dengan cara yang sama.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
George
Bellows, Pierre
Bonnard, Honoré
Daumier, M.C.
Escher, Ellsworth Kelly, Willem de Kooning, Joan Miró, Edvard Munch, Emil
Nolde, Pablo Picasso, Odilon
Redon, Henri de Toulouse-Lautrec and Stow Wengenroth
Cetak Saring
Cetak saring dikenal juga dengan sablon atau serigrafi menciptakan warna
padat dengan menggunakan teknik stensil. Mula-mula seniman menggambar berkas pada selembar kertas atau plastik
(kadang-kadang dipakai juga film.) Gambar kemudian dilubangi untuk menciptakan
stensil. (Bagian yang berlubang adalah bagian yang akan diwarnai.) Sebuah screen dibuat dari selembar kain (asalnya dulu menggunakan sutra) yang
direntangkan pada rangka kayu. Selanjutnya stensil ditempelkan pada screen.
Kemudian screen diletakkan di atas kertas kering atau kain. Tinta dituangkan di
sisi dalam screen. Sebuah rakel dari karet digunakan untuk meratakan tinta melintasi screen, di atas
stensil, dan menuju ke kertas atau kain. Screen diangkat ketika gambar sudah
ditransfer ke kertas/kain. Tiap warna memerlukan stensil yang terpisah. Screen
bisa dipakai lagi setelah dibersihkan.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Josef
Albers, Chuck
Close, Ralston Crawford, Robert
Indiana, Roy Lichtenstein, Julian
Opie, Robert Rauschenberg, Bridget Riley, Edward
Ruscha, dan Andy Warhol.
Cetak Digital
Cetak digital merujuk pada image/citra yang diciptakan dengan
komputer menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light pen serta tablet,
dan sebagainya. Citra tersebut bisa dicetak pada bahan yang bervariasi termasuk
pada kertas, kain atau kanvas plastik. Reproduksi warna yang akurat merupakan
kunci yang membedakan antara digital print berkualitas tinggi dengan yang
berkualitas rendah. Warna metalik (emas, perak) sulit untuk direproduksi secara
akurat karena akan memantul-balikkan sinar pada scanner digital. Cetak digital
berkualitas tinggi biasanya direproduksi dengan menggunakan file data
ber-resolusi sangat tinggi dengan printer ber-presisi tinggi.
Cetak digital bisa dicetak pada kertas printer desktop standar dan kemudian
ditransfer ke art paper tradisional (misalnya, Velin Arch atau
Stonehenge 200gsm). Salah satu cara mentransfer berkas adalah dengan meletakkan
hasil cetakan menghadap permukaan, art paper kemudian diolesi dengan Wintergreen
oil di belakang cetakan, kemudian dipress.
Sosiolog Jean
Baudrillard memiliki pengaruh besar
dalam seni grafis digital lewat teori yang diuraikannya dalam Simulacra and Simulation.
Seniman
Grafis
- Valenti Angelo
- Werner Drewes
- Albrecht Dürer
- Andy English
- M. C. Escher
- Edith Frohock
- Jane Hammond
- Stanley William Hayter
- Mauricio Lasansky
- Edvard Munch
- Frank Stella
- Peter Stent
- Rembrandt van Rijn
- Stow Wengenroth
Seniman
grafis Indonesia
SABLON
Apa itu Sablon ?
Sablon adalah
sebuah teknik untuk mencetak tinta diatas bahan dengan bentuk yang kita
kehendaki. Dengan bantuan screen sablon dan rakel sablon dalam proses
pengerjaannya.
Keunggulan
dari teknik sablon adalah :
- bisa mencetak dengan jumlah yang banyak,
- hasil relatif stabil,
- bisa menghasilkan beberapa efek menarik, mis : glitters, glow in the dark, timbul, mengkilap/metalik, dsb.
- biaya cetak cukup terjangkau,
- fleksibel bisa di aneka jenis permukaan bahan.
Selain itu,
banyak sekali yang berminat untuk mempelajari sablon karena teknik sablon ini
cukup mudah untuk dipelajari dan tidak membutuhkan modal yang terlalu besar
untuk memulainya, bila dibandingkan dengan usaha percetakan lainnya.
Cara kerja teknik sablon
Secara
sederhana, proses menyablon dapat di uraikan secara berikut :
- pertama – tama kita harus membuat master cetak dengan menggunakan screen sablon yang kita miliki.
- untuk itu, kita perlu mengekspose atau mengafdruk screen tersebut.
- setelah screen terafdruk sesuai gambar yang kita inginkan, maka kita bisa segera menyablonkan tinta yang sesuai dengan bahan yang digunakan ( misalnya bahan kaos – kita sablon dengan tinta sablon kaos ).
- tinta yang kita tuangkan diatas screen sablon yang sudah terafdruk kita dorong dengan bantuan rakel sablon agar dapat tersalurkan melalui lubang kain screen yang tidak terafdruk ( membentuk gambar yang kita inginkan ).
- setelah tercetak sempurna dan kita puas akan hasilnya maka kita keringkan tinta tersebut.
Tentu
saja proses yang diterangkan diatas hanya ilustrasi sederhana saja. Dalam
proses sablon sebenarnya, ada begitu banyak hal dan peralatan yang kita
perlukan agar memperoleh hasil sablon yang baik.
Langganan:
Postingan (Atom)